Sunday 10 February 2013

Plot BAB 1 dan 2 --tugas membuat plot KAJOL--

Plot BAB I dan BAB II


BAB 1
Rifki mengamati meja para pelanggan dari sudut kacamata minusnya. Lelaki bertubuh tinggi besar itu segera meminta para pelayan membersihkan beberapa meja yang terlihat masih kotor, bekas pelanggan sebelumnya. Meski hujan, siang ini kafe Dear cukup laris. Beberapa orang bahkan memanfaatkannya untuk berlama-lama, menjauhi kesibukan kantor dengan alasan hujan.
Sebagai seorang lulusan terbaik di sebuah universitas ternama di Jakarta, banyak yang menyayangkan keputusan Rifki untuk mengelola kafe ini. Terlebih teman-teman wanita yang selalu berusaha mencari perhatiannya. Mereka berpendapat bahwa di luar sana, Rifki bisa berkarier lebih baik. Sementara Ayahnya yang seorang Profesor malah ingin agar Rifki melanjutkan kuliah. Tapi tekad Rifki sudah bulat. Ia merasa, Dear memiliki prospek yang sangat cerah jika dikelola dengan baik. Ia akan membuktikan pada dunia, bahwa pilihannya kali ini tidak salah.
BAB II
Reha menarik napas panjang sembari memajukan bibirnya beberapa senti. Ketika Bu Dian berpaling, ia menghembuskannya perlahan agar tak bersuara. Meeting manajemen sedang berlangsung alot hingga diperkirakan akan melewati jam makan siang. Itulah sebabnya ia harus ke kafe langganan untuk membeli makanan. Pak Maman, office boy yang biasa bertugas sedang berhalangan hadir. Sementara Pak Daud, office boy lainnya sedang sibuk membersihkan rumput di taman sekitar kantor. Dilihatnya Pak Dodo, sopir andalan kantor sudah siap dengan kunci di tangan.

Letak Kafe Dear tak jauh dari kantor tempat Reha bekerja. Meski demikian, Reha memilih untuk selalu membawa makan siangnya dari rumah. Ia malas bergabung untuk makan di kafe itu meskipun para gadis di kantornya sibuk membicarakan Rifki, sang pemilik kafe.
Sesudah memilih makanan dan meminta pelayan membungkusnya sebanyak lima belas bungkus, Reha pergi ke meja kasir. Seorang lelaki berkacamata berdiri di sana. Lelaki berkulit bersih itu tampak cekatan menekan angka di mesin penghitung, setelah mendengar Reha menyebutkan beberapa nama masakan.

Tiba-tiba Reha terlihat panik. Beberapa kali diperiksanya tas dan dompet tapi uang yang ia cari tidak ada. Ia menepuk dahinya sendiri saat ingat bahwa ia belum jadi mengambil uang dari Kak Dewi, kasir kantor. Seusai mengambil tas, ia malah langsung pergi dan lupa kembali ke Kak Dewi. Reha pucat. Uang pribadinya tak akan cukup membayar tagihan sebanyak itu. Tanggal tua begini, harta Reha hanya tersisa untuk ongkos transport. Dilihatnya antrian semakin panjang di belakang. Seperti mengerti, lelaki itu menuliskan nota, lalu mengulurkannya ke Reha. Meminta Reha datang lagi setelah mengambil uang. Reha membaca nota itu sekilas. Ada nama yang ia kenal di bawah tanda tangan dan stempel kafe. Rifki Rahardian. Sebelum berbalik pulang, Reha sempat melirik lelaki itu sekali lagi. Di depan pintu keluar, ia kembali menepuk dahinya karena lupa mengucapkan terima kasih.

No comments:

Post a Comment